Sunday, March 17, 2013

ALASAN PANGANDARAN MENJADI KABUPATEN




"Kesejahteraan masyarakat masih terlalu jauh, kalau kita terus-terusan seperti itu, kapan majunya Pangandaran. Makanya salah satu jalan, daerah ini harus dimekarkan, berpisah dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat," itulah aspirasi yang kini bergulir di tengah masyarakat setempat.

Pergerakan masyarakat yang ingin menggapai kesejahteraan lebih baik, dengan bekal potensi pariwisata, alam dan ekonomi di wilayah Ciamis selatan, mengharapkan dibentuknya otonomi daerah baru Kabupaten Pangandaran.

Asa yang kuat, menyatukan visi misi sejumlah tokoh masyarakat Pangandaran, menyempatkan waktu mereka berkumpul di rumah milik Supratman di Kampung Gembor, Desa Cikemulan, Kecamatan Pangandaran, pada awal Februari 2007.

Pertemuan itu tampaknya semakin memantapkan tekad mereka untuk berpisah dari Ciamis, dan membangun Kabupaten Pangandaran.

Selanjutnya, sejumlah tokoh masyarakat Pangandaran kembali melakukan pertemuan yang lebih serius di Hotel Mustika Ratu, Kecamatan Pangandaran, 24 Februari 2007.

Pertemuan itu ternyata mendatangkan sejumlah tokoh masyarakat lebih banyak, di antaranya Supratman, Adang Hadari, Yos Rosby, Sonny Agustiana, Andis Sose, Tudi Hermanto, Ino Darsono, dan Ikin Sodikin.

Mereka menyepakati dibentuknya presidium pembentukan Kabupaten Pangandaran sebagai wadah untuk berjuang berusaha mewujudkan keinginan berpisah dari Kabupaten Ciamis.

Salah seorang dari tokoh masyarakat Pangandaran yakni Supratman disepakati bersama sebagai Ketua Presidium dan sekretarisnya Soni Agustian serta masyarakat lainnya masuk dalam kepengurusan struktural presidium.

Mereka akhirnya mendeklarasikan keinginan untuk berpisah dari Kabupaten Ciamis.

Deklarasi digelar di jalan baru lapangan Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, 17 Juli 2007, dihadiri massa berjumlah kurang lebih 20 ribu orang dari 10 kecamatan yang ada di wilayah Ciamis Selatan.

Masyarakat dari 10 kecamatan yang menyatakan ikut bergabung ke Kabupaten Pangandaran yakni Kecamatan Pangandaran, Padaherang, Mangunjaya, Kalipucang, Parigi, Cijulang, Sidamulih, Cimerak, Cigugur, dan Rangkaplancar. Penduduk dari 10 kecamatan dengan 92 desa itu berkisar 450 ribu jiwa.

"Massa yang hadir dalam deklarasi itu sepakat Kabupaten Pangandaran harus terwujud," kata Sekjen Presidium pembentukan Kabupaten Pangandaran, Andi Sose.

Setelah dilakukan deklarasi pembentukan Kabupaten Pangandaran, presidium mulai bergerak melakukan upaya mengajukan keinginan berpisah kepada Pemerintah Kabupaten Ciamis.

Meskipun sempat tidak disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis, tetapi presidium terus berusaha dengan melakukan lobi politik termasuk lobi dengan elite partai politik.

Hasilnya, keinginan berpisah dari Kabupaten Ciamis dan membentuk Kabupaten Pangandaran disetujui oleh Bupati Ciamis, Enkon Komara, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ciamis.

Upaya selanjutnya, pada awal tahun 2008, presidium melakukan konsultasi dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung untuk mengetahui kelayakan pemekaran wilayah di Ciamis.

Hasil kajian yang dilakukan Unpad secara akademis, ternyata Pangandaran tidak layak menjadi daerah otonomi baru, karena dari faktor ekonomi belum siap.

Ternyata hasil kajian Unpad itu terjadi kesalahan, karena data yang digunakan Unpad merupakan data tahun 2006, setelah peristiwa bencana alam tsunami melanda Pangandaran.

"Ya jelas tidak layak, karena yang namanya orang setelah terkena bencana, jangankan memikirkan ekonomi, yang ada hanya berduka dan berjuang untuk bangkit lagi," kata Andi.

Kemudian, Unpad melakukan kajian kembali dengan data yang digunakan tahun 2008, dan merekomendasikan bahwa Kabupaten Pangandaran layak dimekarkan dari Kabupaten Ciamis.

Mendapatkan rekomendasi layak menjadi daerah otonomi baru, selanjutnya presidium berkonsultasi dengan Pemerintah Kota Banjar yang sudah berhasil berpisah dari Kabupaten Ciamis.

Mereka pun berkonsultasi dengan masyarakat Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang telah pula berhasil membentuk kabupaten baru dari induknya, Kabupaten Bandung.

Perjuangan yang dilakukan presidium itu terus mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Provinsi dan DPRD Jawa Barat, hingga perkembangan terakir mendapatkan persetujuan dari fraksi-fraksi di DPR RI, 4 April 2012.

Selanjutnya DPR RI menyetujui Rancangan Undang-undang (RUU) daerah otonomi Pangandaran dalam sidang paripurna yang digelar di Jakarta, Kamis 12 April 2012, kemudian menunggu putusan dan diresmikan oleh Pemerintah Pusat.

Perkembangan yang cukup baik itu merupakan bagian dari hasil perjuangan masyarakat Ciamis selatan yang ingin membangun Kabupaten Pangandaran menjadi daerah yang maju dan makmur dengan potensi yang diunggulkan, yakni Pariwisata.

"Kalau terbentuk Kabupaten Pangandaran saya kira pembangunan akan seirama, tapi kalau Pangandaran tidak mekar, siapa pun bupatinya pembangunan tidak akan merata," kata Andi.


Tak akan susah

Kara pangandaran terdiri atas dua kata, yakni pangan dan daran, artinya makanan dan daratan, yang diartikan tidak akan susah mencari makan di wilayah Pangandaran.

Itulah salah satu cerita munculnya nama Pangandaran dengan segudang potensi pariwisata alam laut yang menjadi favorit warga Jawa Barat, bahkan sejumlah wisatawan asing di belahan dunia untuk berwisata ke daerah itu.

"Siapa pun orang yang datang ke Pangandaran, tidak akan kelaparan. Saya buktinya orang Bugis," kata Andi Sose, salah seorang perantau yang sudah bertahun-tahun menjalani hidup bersama keluarganya di Pangandaran.

Pernyataan yang disampaikan Andi Sose dapat menjadi salah satu contoh bahwa Pangandaran mampu memberikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonomi masyarakatnya.

Berbagai potensi ekonominya antara lain ikan laut yang cukup melimpah, dan bahkan sudah diekspor ke beberapa negara.

Selain itu, potensi pertanian dan perkebunan seperti tanaman pohon Kelapa yang diolah menjadi gula kelapa telah mampu menyerap uang dari hasil penjualan sebesar Rp1,2 miliar per bulan.

Kemudian perputaran uang di objek wisata Pantai Pangandaran pada hari libur pun mampu mencapai ratusan miliar rupiah.

Sejumlah potensi ekonomi itu telah menjadi jaminan hidup bagi masyarakat Pangandaran yang mau berusaha keras untuk menggapai kesejahteraan hidup.

"Tidak akan susah, mungkin karena Pangandaran adalah daerah wisata," kata Andi yang aktif dalam organisasi Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Ciamis.

Warga pendatang lainnya, Andriansyah (30), mengungkapkan optimisme yang sama.

"Pangandaran telah memberikan sejuta kemanjaan bagi manusia. Berbagai potensi alam sudah tersajikan untuk dikelola oleh manusia menjadi mata pencaharian," katanya.

Namun potensi yang sudah ada itu, menurut Andri, belum didukung sepenuhnya oleh sumber daya manusia dan belum maksimalnya pemerintah daerah memberdayakan masyarakat.

"Apabila didukung dengan sumber daya manusia yang lebih berkualitas, berwawasan ilmu dan pengetahuan, serta kreatif dengan memiliki jiwa berwirausaha, menurut Andri, maka Pangandaran akan memberikan ruang kemakmuran bagi masyarakatnya," kata Andri, warga Bogor yang sudah tinggal di Pangandaran sejak tujuh tahun lalu.

Saturday, March 16, 2013

Sejarah (scooter) Vespa

Sejarah vespa dimulai lebih dari seabad silam, tepatnya 1884. Perusahaan Piaggio didirikan di Genoa, Italia pada tahun 1884 oleh Rinaldo Piaggio. Bisnis Rinaldo dimulai peralatan kapal. Tapi di akhir abad, Piaggio juga memproduksi Rel Kereta, Gerbong Kereta, body Truck, Mesin dan Kereta api. Pada Perang Dunia I, perusahaannya memproduksi Pesawat Terbang dan Kapal Laut. Pada tahun 1917 Piaggio membeli pabrik baru di Pisa dan 4 tahun kemudian Rinaldo mengambil alih sebuah pabrik kecil di Pontedera di daerah Tuscany Italia. Pabrik di Pontedera inilah yang mana menjadi Pusat produksi pesawat terbang beserta komponen-komponennya (baling-baling, Mesin dan Pesawat) Selama Perang Dunia II, pabrik di Pontedera membuat P108 untuk mesin Pesawat dua penumpang dan Versi Pembom. Lahir Kembali Pada akhir Perang Dunia II, pabrik Piaggio dibom oleh pesawat sekutu. Setelah perang usai, Enrico Piaggio mengambil alih Piaggio dari ayahnya (Rinaldo Piaggio). Pada saat itu perekonomian Italia sedang memburuk, Enrico memutuskan untuk mendisain alat transportasi yang murah. Enrico memutuskan untuk fokuskan perhatian perusahaannya pada masalah personal Mobility yg dibutuhkan masyarakat Italia. Kemudian bergabunglah Corradino D’Ascanio, Insinyur bidang penerbangan yang berbakat yang merancang, mengkonsep dan menerbangkan Helikopter Modern Pertamanya Piaggio. D’Ascanio membuat rancangan yang simple,ekonomis, nyaman dan juga elegan. D’Ascanio memimpikan sebuah revolusi kendaraan baru. Dengan mengambil gambaran dari tehnologi pesawat terbang, dia membayangkan sebuah kendaraan yang dibangun dengan sebuah “Monocoque” atau Unibody Steel Chassis. Garpu depan seperti Ban mendarat sebuah pesawat yang mana mudah untuk penggantian ban. Hasilnya sebuah design yg terinspirasi dari pesawat yang yang sampai saat ini berbeda dengan kendaraan yang lain. Maka pada 1945, konstruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong. Mengejutkan, ternyata bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur. Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan penggunanya, pabrikan yang kala itu masih terbilang sebagai usaha ''kaki lima'' merancang papan penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin oleh Corradino d'Ascanio. Karena itu, hak paten pun segera dapat mereka kantongi. Hasilnya, muncullah pertama kali produk motor dengan seri MP5. Kendaraan ini berteknologi sederhana tetapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang penyengat (lebah/tawon) karena bentuk kerangkanya. Namun, karena bentuk penutup pengaman yang bagai papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik Piaggio pun bahkan mengatakannya sebagai motor Paperino. Harap diingat, Paperino adalah sindiran sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d'Ascanio pun putar akal untuk memperbaiki model tersebut. D’ascanio hanya membutuhkan beberapa hari untuk mengonsep ulang bentuk desain kendaraannya dan prototipnya diberi nama MP6. Saat Enrico Piaggio melihat protototip MP6 itu, ia secara tak sengaja berseru “Sambra Una Vespa” (terlihat seperti Tawon). Akhirnya dari seruan tak sengaja itu, diputuskan kendaraan ini dinamakan ‘Vespa’ (tawon dalam bahasa Indonesia). Pada April 1946, prototip MP6 ini mulai diproduksi masal di pabrik Piaggio di Pontedera, Italia. Pada Akhir 1949, telah di produksi 35000 unit dan dalam 10 tahun telah memproduksi 1 Juta unit dan pada pertengahan tahun 1950. Selama tahun 1960-an dan 1970-an Vespa menjadi simbol dari revolusi gagasan pada waktu itu. Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris diserap pasar Prancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brazil, dan India -- selain di pasar domestik produk ini laku bagai kacang goreng. Selain itu, India pun memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka pada 1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman. Pada saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa, tetapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960-an. Selidik punya selidik, fanatisme terhadap Vespa ternyata muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan ''revolusi'' bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan pantat bahenol masih terasa melekat. Produk 150 GS -- kala itu dikenal sebagai Vespamore dan hampir selalu tampil di tiap film tahun 1960-an -- memang kemudi dan lampu sorotnya mulai dibuat menyatu. Tetapi, secara keseluruhan apalagi bentuk pantatnya, benar-benar masih membulat. Dan cerita terus berlanjut saat ini dengan model generasi baru Vespa, mempersembahkan Vespa ET2, Vespa ET4, Vespa Granturismo dan Vespa PX150. Vespa bukan hanya sekedar Scooter tapi salah satu Icon besar orang Italia. Sejarah Vespa di Indonesia “Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”. Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesiaterhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congosaat itu. Menurut beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air. Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.

pantai pangandaran

Pangandaran merupakan kota kecil sekaligus sebuah kecamatan yang berada di selatan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Indonesia. Pantai ini terletak di selat Jawa. Pantai Pangandaran merupakan tujuan wisata populer, karena pantai ini dianggap salah satu pantai terbaik yang ada di Jawa Barat. Pangandaran menyimpan banyak objek wisata yang patut untuk anda kunjungi, terutama keindahan alam dan pantainya, beberapa diantaranya ialah: - Pantai Indah Pangandaran - Batu Hiu - Batu Karas - Green Canyon Pantai Pangandaran terletak 222 km sebelah selatan Bandung atau 88 km dari Ciamis, memiliki dataran yang mirip pantai Kuta Bali. Galeri seni, pemandu dan biro perjalanan lokal, sampai dengan sewa sepeda dan motor turut mewarnai kehidupan disini. Lokasi Pangandaran yang diapit oleh Samudera Indonesia ini sungguh suatu karunia alam yang patut disyukuri. Untuk menikmati suasana kawasan wisata ini, tak akan puas bila kita tak bermalam. Kalau kebetulan persediaan kamar hotel habis, kita dapat menikmati peak season ini dengan ber-camping-ria dipinggir pantai. Bila tidak membawa tenda, rumah penduduk dengan fasilitas seadanya pun dapat disewa. Tidak jauh dari pantai Pangandaran terdapat semenanjung yang menjorok ke laut. Tanjung seluas 530 ha ini terkenal dengan nama Cagar Alam Pananjung atau Hutan Margasatwa Pananjung. Kawasan terujung yang memiliki fenomena alam luar biasa ini berada di titik tertinggi 100 m diatas permuakaan laut. Dan yang tak boleh anda lewatkan jika sedang menikmati keindahan Pangandaran adalah Green Canyon. Bila di Amerika Arizona kita pernah mendengar Grand Canyon, maka di Ciamis Pangandaran Jawa Barat ada nama yang menyerupainya. Bahkan, Green Canyon ala Indonesia ini tak kalah indahnya seperti nama aslinya. Green Canyon yang memiliki nama asli Cukang Taneuh, dan tempat ini awalnya di populerkan seorang wisatawatan asal Perancis pada saat ia berkunjung tahun 1993. Green Canyon yang berlokasi di daerah Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Pangandaran, Jawa Barat. Yang menjadi tujuannya adalah terowongan menyerupai gua yang berada di bawah jembatan tanah yang dikenal dengan Gua Green Canyon. Untuk mencapai gua tersebut, Anda harus menyusuri sungai Cijulang menggunakan perahu yang disebut sebagai ketinting. Perahu ini hanya mampu ditumpangi oleh 5 penumpang. Harga sewa perahu atau ketinting sebesar Rp 75.000,- per perahu. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan yang dimulai dari dermaga Ciseureuh menuju gua kurang lebih 30 menit. Di sisi aliran sungai Cijulang Anda dapat menikmati tebing bukit yang ditumbuhi hijaunya pepohonan yang rimbun dan bebatuan yang menghiasinya. Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan yang indah dan santainya menikmati aliran sungai. Naik ketinting juga dapat menciptakan keunikan tersendiri, khususnya untuk anak-anak yang menyenangi air. Saat hampir sampai, jalur akan menyempit sehingga perahu harus bergantian untuk memasuki jalur ini. Ada pula pengatur yang memberi arahan untuk para pengemudi perahu agar dapat melaju dengan tertib. Mendekati mulut gua, ketinting tidak dapat lagi untuk mengantarkan Anda dan rombongan karena jalur yang tidak mungkin dilalui. Pemandangan yang indah menanti Anda setelah turun dari perahu. Anda dapat menikmati sisi gua yang kokoh dengan melihat stalagtit dan stalagmit yang masih meneteskan air. Air terus menerus dikeluarkan di tebing sehingga daerah ini disebut sebagai daeah hujan abadi. Anda juga dapat berenang dalam gua dengan menggunakan pelampung. Anda akan merasakan air yang terasa dingin dan menyegarkan. Pemandangan semakin cantik ketika menyaksikan air terjun Palatar yang terdapat dalam Gua Green Canyon. Berenang di air yang dingin sambil menikmati tebing-tebing tinggi dan melihat stalagtit dan stalagmit pasti merupakan pengalaman tersendiri yang tidak terlupakan. Green Canyon atau Cukang Taneuh memang merupakan tempat wisata yang indah di daerah Pangandaran. Tetapi, bila Anda berniat mengunjungi tempat ini sebaiknya berkunjung pada musim kemarau karena pada musim ini, air sungai Cijulang berwarna hijau tosca. Sedangkan pada musim hujan, saat curah hujan tinggi, air sungai akan berwarna coklat. Selain itu pada musim hujan ada kemungkinan air sungai akan pasang atau aliran air sungai yang terlalu deras sehingga tempat ini ditutup untuk umum demi keselamatan pengunjung.